Total Tayangan Halaman

Selasa, 15 Februari 2011

asuhan keperawatan cefalgia


CHEFALGIA

A.      PENGERTIAN
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik        ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).

B.       KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut:
1.          Migren (dengan atau tanpa aura)
2.          Sakit kepal tegang
3.          Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4.          Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
5.          Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6.          Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
7.          Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8.          Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9.          Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10.     Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11.     Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau     struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12.     Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)


C.      PATOFISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
Ø   Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
Ø   Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
Ø   Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
Ø   Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
Ø   Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)
Ø   Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
Ø   Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
Ø   Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.


D.      MANIFESTASI KLINIS
a.             Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
Ø   Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
Ø   Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
Ø   Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.

b.        Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.

c.         Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.


E.       DIAGNOSTIK
1.         CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2.         MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
3.         Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
 
F.       Pengobatan/terapi :
a. abortive : - Acetaminofen, ASA, NSAID
- Obat spesifik : Ergot Alkaloids (Ergometrin, DHE ), Sumatriptan
b. Preventif : Adrenoceptor bloker (propanolol), Antidepresan, Anticonvulsan,Ca- chanel bloker, Antagonis serotonin, antikonvulsan.

 G.      PENGKAJIAN
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari sakit kepala.
v   Data Subyektif
a.         Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b.        Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c.         Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d.        Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala.
e.         Awal serangan sakit kepala.
f.         Ada gejala prodomal atau tidak
g.        .Ada gejala yang menyertai.
h.        Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
i.          Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j.          Ada alergi atau tidak.

v   Data Obyektif
a.    Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b.    Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c.     Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d.     Suhu badan
e.     Drainase dari sinus.

Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah:
b.        Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau gangguan organik.
c.         Sakit kepala yang menyeluruh biasanya  disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
d.        Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
e.         Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
f.         Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
g.        Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
h.        Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit kepala yang psikogenis.
i.          Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
j.          Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.
k.        Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
l.          Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
m.      Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.
 
H.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.         Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
2.         Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
3.         Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
 
I.         RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1.         Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial.

Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria Hasil :

- Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang

- Tanda-tanda vital normal

- pasien tampak tenang dan rileks.

Intervensi :

- Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.

- Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.

- Atur posisi pasien senyaman mungkin

- Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam

- Kolaborasi untuk pemberian analgetik.

Rasionalisasi :

- Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.

- istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.

- posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.

- relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.

- Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.


2.         Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.

Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat

Kriteria Hasil :

- Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif

- Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki.

- Mengkaji situasi saat ini yang akurat

- Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat.

Intervensi :

- Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.

- Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.

- Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan.

- Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.

Rasionalisasi :

- Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.

- klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang.

- agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih.

- membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.



3.         Ansietas berhubungan dengan kurang informasi mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan.

Tujuan : Ansietas teratasi dalam waktu 3 hari

Kriteria hasil :

- Klien tidak gelisah

- Klien tidak cemas

- Klien dapat mengerti tentang penyakinya

Intervensi :

- Kaji stauts mental dan tingkat ansietas dari klien dan keluarga

- Berikan penjelasan sehubungan dengan penyakitnya

- Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.

- Libatkan pasien atau keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari.

Rasionalisasi :

- Derajat ansietas akan dipengaruhik bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.

- Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat membantu menurunkan ansietas

- Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat dihilangkan

- Meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan kemandirian.



4. Perencanaan

Pelaksanaan kegiatan merupakan realisasi kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan.
Dalam perencanaan meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh perawat. Dalam memenuhi kebutuhan klien, perawat melakukan fungsinya secara independent (mandiri), interdependent (kolaborasi) dan dependent (ketergantungan), jenis tindakan yang dilakukan adalah tindakan keperawatan promotif, kuratif dan rehabilitatif.



5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan yang merupakan penilaian keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan. Komponen tahap evaluasi adalah pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap – tahap proses keperawatan, revisi atau terminasi atau rencana asuhan keperawatan.

 



DAFTAR PUSTAKA

1.        Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
2.        Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
3.        Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untukPerencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
4.        Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta.
5.        Susan Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan Evaluasi, Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta.
6.        Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses – proses penyakit. EGC, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar