Total Tayangan Halaman

Selasa, 15 Februari 2011

laporan pendahuluan: eritoderma

ERITRODERMA 
A. DEFINISI
  • Eritroderma ( dermatitis eksfoliativa ) adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh , biasanya disertai skuama ( Arief Mansjoer , 2000 : 121 ).
  • Eritroderma merupakan inflamasi kulit yang berupa eritema yang terdapat hampir atau di seluruh tubuh ( www. medicastore . com ).
  • Dermatitis eksfoliata generalisata adalah suatu kelainan peradangan yang ditandai dengan eritema dan skuam yang hampir mengenai seluruh tubuh ( Marwali Harahap , 2000 : 28 )
  • Dermatitis eksfoliata merupakan keadaan serius yang ditandai oleh inflamasi yang progesif dimana eritema dan pembentukan skuam terjadi dengan distribusi yang kurang lebih menyeluruh ( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 ).
 B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya , penyakit ini dapat dibagikan dalam 2 kelompok :
  1. Eritrodarma eksfoliativa primer
Penyebabnya tidak diketahui. Termasuk dalam golongan ini eritroderma iksioformis konginetalis dan eritroderma eksfoliativa neonatorum(5–0 % ). 
  1. Eritroderma eksfoliativa sekunder
    1. Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu penicillin dan derivatnya , sulfonamide , analgetik / antipiretik dan ttetrasiklin.
    1. Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh , dapat terjadi pada liken planus , psoriasis , pitiriasis rubra pilaris , pemflagus foliaseus , dermatitis seboroik dan dermatitis atopik.
    2. Penyakit sistemik seperti Limfoblastoma.
( Arief Mansjoer , 2000 : 121 : Rusepno Hasan 2005 : 239 )  
C. ANATOMI
   Kulit mepunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub kutis. Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap diferensiasi pematangan.
   Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air , cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel – sel baru yang bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan mengembalikan integritas kulit sel – sel khusus yang disebut melanosit dapat ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit. Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif.
 
Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :
    1. Stratum Korneum
Selnya sudah mati , tidak mempunyai intisel , intiselnya sudah mati dan mengandung zat keratin.
    1. Stratum lusidum
Selnya pipih , bedanya dengan stratum granulosum ialah sel – sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar.
Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
    1. Stratum Granulosum
Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih. Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin.
    1. Stratum Spinosum / Stratum Akantosum
Lapisan yang paling tebal.
    1. Stratum Basal / Germinativum
Stratum germinativum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan merupakan sel – sel induk.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
    1. Bagian atas , papilaris ( stratum papilaris )
    2. Bagian bawah , retikularis ( stratum retikularis )
Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat lonngar yang tersusun dari serabut – serabut kolagen , serabut elastis dan serabut retikulus
Serabut kolagen untuk memberikan kekuatan pada kulit. Serabut elastis memberikan kelenturan pada kulit.
Retikulus terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.
Subkutis
Terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis.
Fungsi kulit :
- Proteksi    - Pengatur suhu
- Absorbsi   - Pembentukan pigmen
- Eksresi  - Keratinisasi
- Sensasi    - Pembentukan vit D
( Syaifuddin , 1997 : 141 – 142 ) 
D. PATOFISIOLOGI
   Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas , sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh.
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kult sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel – sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus.
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik ( alergik ) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap ( hapten ). Obat / metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan , serum / protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.
( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 ) 

E. MANIFESTASSI KLINIS 
  • Eritroderma akibat alergi obat , biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh , sedangkan skuama baru muncul saat penyembuhan.
  • Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit yang tersering addalah psoriasis dan dermatitis seboroik pada bayi ( Penyakit Leiner ).
  • Eritroderma karena psoriasis
Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninngi daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih kebal. Dapat ditemukan pitting nail.
  • Penyakit leiner ( eritroderma deskuamativum )
Usia pasien antara 4 -20 minggu keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritama seluruh tubuh disertai skuama kasar.
  • Eritroderma akibat penyakit sistemik , termasuk keganasan. Dapat ditemukan adanya penyakit pada alat dalam , infeksi dalam dan infeksi fokal. ( Arif Masjoor , 2000 : 121 )

F. KOMPLIKASI
Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder :
- Abses    - Limfadenopati
- Furunkulosis  - Hepatomegali
- Konjungtivitis  - Rinitis
- Stomatitis    - Kolitis
- Bronkitis
( Ruseppo Hasan , 2005 : 239 : Marwali Harhap , 2000 , 28 ) 



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi. Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas. 
  1. Biodata
  1. Jenis Kelamin
   Biasnya laki – lak 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.
  1. Riwayat Kesehatan
    • Riwayat penyakit dahulu ( RPM )
Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus , psoriasis , pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan dermatosiss atopik , limfoblastoma.
    • Riwayat Penyakit Sekarang
Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama  kulit. 
    1. Pola Fungsi Gordon
    1. Pola Nutrisi dan metabolisme
Terjadinya kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negative mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh pasien ( dehidrasi ).
    1. Pola persepsi dan konsep diri
      • Konsep diri
Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan / lembaran zat tanduk yang besr – besar seperti keras selafon , pembentukan skuama sehingga mengganggu harga diri.
    1. Pemeriksaan fisik
a. KU : lemah
b. TTV : suhu naik atau turun.
c. Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
d. Mulut
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.
e. Abdomen
   Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
f. Ekstremitas
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
g. Kulit
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.
( Marwali Harahap , 2000 : 28 – 29 : Rusepno Hasan , 2005 : 239 , Brunner & Suddarth , 2002 : 1878 ). 
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN FOKUS INTERVENSI
1.   Gangguan integritas kulit bd lesi dan respon peradangan
   Kriteria hasil : - menunjukkan peningkatan integritas kulit
                   - menghindari cidera kulit
   Intervensi
    1. kaji keadaaan kulit secara umum
    2. anjurkan pasien untuk tidak mencubit atau menggaruk daerah kulit
    3. pertahankan kelembaban kulit
    4. kurangi pembentukan sisik dengan pemberian bath oil
    5. motivasi pasien untuk memakan nutrisi TKTP
2. Gangguan rasa nyaman : gatal bd adanya bakteri / virus di         kulit
Tujuan : setelah dilakuakn asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi luka pada kulit karena gatal
      Kriteria hasil : - tidak terjadi lecet di kulit
    • pasien berkurang gatalnya
            Intervensi
    1. beritahu pasien untuk tidak meggaruk saat gatal
    2. mandikan seluruh badan pasien ddengan Nacl
    3. oleskan badan pasien dengan minyak dan salep setelah pakai Nacl
    4. jaga kebersihan kulit pasien
    5. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa gatal
     3. Resti infeksi bd hipoproteinemia
Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan       tidak terjadi infeksi
      Kriteria hasil : - tidak ada tanda – tanda infeksi
                           ( rubor , kalor , dolor , fungsio laesa )
                                 - tidak timbul luka baru
Intervensi 
  1. monitor TTV
  2. kaji tanda – tanda infeksi
  3. motivasi pasien untuk meningkatkan nutrisi TKTP
  4. jaga kebersihan luka
  5. kolaborasi pemberian antibiotik
 

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
 
I. PENGKAJIAN.
a. Identitas Pasien.
b. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
4. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

II. PEMERIKSAAN FISIK.
a. Subjektif :
Gatal
b. Objektif :
§ Skuama kering, basah atau kasar.
 Krusta kekuningan dengan bentuk§ dan besar bervariasi.
( Yang sering ditemui pada kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum ).
 Kerontokan§ rambut.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI.
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, ditandai dengan :
 Adanya skuama kering, basah atau kasar.§
 Adanya krusta§ kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
Intervensi :
J Kaji / catat ukuran dari krusta, bentuk dan warnanya, perhatikan apakah skuama kering, basah atau kasar.
 Anjurkan klien untuk tidakJ menggaruk daerah yang terasa gatal.
 Kolaborasi dalam pemberianJ pengobatan :
 Sistemik : Antihistamin, Kortikosteroid.
 Lokal : Preparat Sulfur, Tar, Kortikosteroid, Shampo (Selenium Sulfida)

2. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :
(Kemungkinan yang terjadi)
 Insomnia§
 Keletihan dan kelemahan§
 Gelisah§
§ Anoreksia
 Ketakutan§
 Kurang percaya diri§
 Merasa§ dikucilkan
 Menangis.§
Intervensi :
 Kaji tingkat ansietas:J ringan, sedang, berat, panik.
 Berikan kenyamanan dan ketentramanJ hati :
 Tinggal bersama pasien.§
 Tekankan bahwa semua orang§ merasakan cemas dari waktu ke waktu.
 Bicara dengan perlahan dan§ tenang, gunakan kalimat pendek dan sederhana.
 Perlihatkan rasa§ empati.
 Singkirkan stimulasi yang berlebihan (ruangan lebihJ tenang), batasi kontak dengan orang lain – klien atau keluaraga yang juga mengalami cemas.
 Anjurkan intervensi yang menurunkan ansietasJ (misal : teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi aroma).
J Identifikasi mekanisme koping yang pernah digunakan untuk mengatasi stress yang lalu.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :
§ Klien mungkin merasa malu.
 Tidak melihat / menyentuh bagian tubuh§ yang terganggu.
 Menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan.§
§ Perubahan dalam keterlibatan sosial.
Intervensi :
 Dorong klienJ untuk mengekspresikan perasaannya.
 Dorong klien untuk bertanyaJ mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa penyakit.
J Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan.
 Perjelas berbagai kesalahan konsep individu / klienJ terhadap penyakit, perawatan dan pengobatan.
 Dorong kunjungan /J kontak keluarga, teman sebaya dan orang terdekat.

4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, ditandai dengan :
 Pasien sering bertanya / minta§ informasi, pernyataan salah konsep.
Intervensi :
 Jelaskan konsepJ dasar penyakitnya secara umum.
 Jelaskan / ajarkan namaJ obat-obatan, dosis, waktu dan metode pemberian, tujuan, efek samping dan toksik.
 Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak.J
J Tekankan pentingnya personal hygiene.

DAFTAR PUSTAKA 
  • Brunner 7 Suddarth vol 3 , 2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH, Jakarta : EGG
  • Doenges  M E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan pasien edisi 3 , Jakarta : EGC
  • Harahap Marwali 2000 , Ilmu Penyakit Kulit , Jakarta : Hipokrates
  • Hasan Rusepno 2005 , Ilmu Keperawatan Anak , Jakarta : FKUI
  • Mansjoer , Arief , 2000 , Kapita Selekta Kedokteran , Jakarta : EGC
  • Syaifudin , 1997 , anatomi Fisiologi , Jakarta : EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar